NUSANTARA1.ID – Guna mengantrisipasi bencana, pemerintah Kota Gorontalo mengandalkan Early Warning System and Urban Resilience. Hal ini disampaikan pada kegiatan panel ahli dan pelatihan tematik CRIC yang mengangkat tema ‘Building City Resilience through Triangular Cooperation’ atau membangun ketahanan kota melalui kerja sama triangular pada Rabu (6/3) di Makassar.
“Kami di Kota Gorontalo sudah menerapkan Early Warning System untuk mengantisipasi bencana,” ungkap Walikota Gorontalo, Marten Taha saat menghadiri kegiatan tersebut.
Ditambahkan, Early Warning System terpasang di beberapa titik dan kurang lebih sudah enam tahun terpasang. Bagi Marten, sistem antisipasi bencana sangat penting bagi Kota Gorontalo.
“Kota Gorontalo terletak di kawasan rawan bencana akibat pertemuan dua lempeng di teluk tomini yaitu pasifik dan eurasia,” ungkap Marten.
Sehingganya, pada 10 potensi bencana di kota Gorontalo, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan akibat cuaca ekstrem, gelombang ekstrim, abrasi, likuifaksi, kebakaran gedung dan pemukiman siap diantisipasi dengan pemasangan Early Warning System.
“Kota Gorontalo selalu siaga untuk menghadapi 10 peringatan bencana sebagai bahan pencegahan dengan memasang Early Warning System,” jelasnya.
Marten Taha juga mengemukakan hal yang sudah dan akan dilaksanakan oleh kota Gorontalo terkait penanggulangan bencana. Diungkapkan, penyusunan dokumen rencana kontijensi simulasi penanggulangan bencana, rencana penanggulangan tanggap darurat bencana, penyusunan dokumen pasca bencana, sosialisasi dan edukasi masyarakat terhadap bencana, pembentukan relawan bencana, dan sekolah pendidikan aman bencana.
Untuk diketahui, CRIC adalah proyek lima tahun dengan tujuan untuk membina kerja sama jangka panjang yang unik melalui kerja sama segitiga antara kota dan pusat penelitian di Eropa, Asia Selatan yang terdiri dari India, Nepal, Bangladesh, dan sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. (**)