NUSANTARA1.ID – Perayaan Idul Adha 1444 H ini menjadi momentum bagi kita umat Islam untuk lebih ikhlas menyerahkan semuanya hanya milik Allah.
Wakil Ketua Roman Nasaru mengatakan, dalam implementasi ibadah qurban, ada dua peristiwa penting yang secara serempak dilakukan umat Islam di dunia bertepatan dengan Hari Raya Idul qurban.
Pertama, pelaksanaan ibadah haji di Makkah Al Mukarramah yang tengah dilakukan saudara-saudara kita. Kedua, ibadah kurban yang insya Allah kita pun ikut melaksanakannya.
Kurban bermakna melakukan sembelihan hewan kurban yang dilakukan pada momen Idul qurban. Baik hari nahr tanggal 10 Zulhijah ataupun hari tasyrik tanggal 11-13 Zulhijah. Ibadah kurban yang dilakukan dengan cara menyembelih hewan kurban pada hakikatnya adalah bentuk ekspresi keimanan dan ketakwaan atas perintah Allah SWT. Pengamalan kurban ini bersifat ta’abbudi dan harus sesuai dengan petunjuk Allah dan rasul-Nya. Memang secara fisik yang disembelih adalah hewan kurbannya, tetapi hakikat yang sampai pada-Nya adalah bentuk ketakwaan.
“Hikmah yang kedua adalah rasa syukur nikmat kepada Allah SWT. Ibadah kurban yang dilakukan kaum muslimin pada hakikatnya adalah bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan,” ungkap Roman.
Lanjut dikatakannya, mengapa demikian? Allah SWT telah menginstruksikan kepada manusia khususnya orang Islam untuk mengungkapkan rasa syukur nikmatnya dengan istilah Tahadduts bin ni’mah. Qurban juga sebagai ungkapan simpati/empati dengan sesama manusia. Ibadah kurban yang dilakukan kaum muslimin mempunyai dua dimensi pokok, yaitu dimensi vertikal atau hubungan dengan Allah SWT sebagai landasan iman dan takwa, serta dimensi horizontal atau hubungan dengan sesama manusia sebagai bentuk nyata hubungan sosialnya.
“Apa yang menjadi kiasan sebagai ‘Ismail’ sesungguhnya adalah tiap sesuatu yang membuat manusia hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, dan tiap sesuatu yang dapat membutakan mata hati dan menulikan telinga manusia dari hidayah Allah SWT,” jelasnya.
Ia menambahkan, kiranya apa dan siapa pun ‘Ismail-Ismail’ itu maka harus dikorbankan di bumi yang fana ini, sebagai bukti keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. “Inilah sejatinya makna terpenting ‘Idul Qurban, yakni tumbuhnya sikap kesediaan berkurban dalam kontek sosial yang lebih luas. Yakni kapan dan dimanapun kita berada rela memberikan pengorbanan yang tulus demi kemaslahatan ummah,” tandas politisi NAsDem ini. (*)