NUSANTARA1.ID – Saat ini, Rano Karno sedang bermohon ke pengadilan karena ini menyematkan nama Si Doel di surat suara. Maklum, Rano Karno kini tengah mengikuti Pilgub Jakarta mendampingi Pramono Anung.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, penyesuaian atau penambahan nama oleh peserta Pemilu merupakan strategi politik. Hal itu bertujuan untuk menaikan elektabilitas dan mendapat dukungan publik pada Pilkada Serentak 2024.
Hal ini termasuk penyesuaian nama pada Pramana Anung Wibawa menjadi Pramono Anung Wibowo dan penambahan nama Si Doel oleh Rano Karno. Penyesuaian dan penambahan nama tersebut disampaikan dalam penetapan pasangan cagub-cawagub Jakarta, di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta, Ahad (22/9).
Ujang Komarudin menambahkan, langkah yang diambil oleh pasangan Pramono Anung-Rano Karno sebagai bagian dari strategi menyambut masa kampanye yang sudah di depan mata.
”Ini bagian dari pada strategi untuk bisa dikenal dan mendapat dukungan dari publik atau warga Jakarta. Karena nama beken, nama panggilan, nama familiar itu menjadi penting,” kata Ujang kepada wartawan.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia itu menyampaikan, masyarakat Indonesia, termasuk warga Jakarta sudah mengenal Pramono Anung Wibowo, bukan Pramana Anung Wibawa sebagaimana tertulis dalam KTP dan Ijazah mantan Menteri Sekretaris Kabinet (menseskab) tersebut. Sementara Rano Karno, lanjut Ujang, nama Si Doel lebih dekat dengan masyarakat Betawi.
“Kalau nama Rano Karno dikenal, tapi sedikit. Si Doel lebih mengena, lebih merakyat, lebih bagus. Siapa orang yang tidak kenal Rano Karno dan siapa orang yang tidak tahu Si Doel kan. Jadi, Sidoel ini nama panggilan, nama beken yang cocok dengan tipologi masyarakat Jakarta, masyarakat Betawi,” ungkap Ujang Komarudin.
Menurutnya, keputusan Pramono Anung-Rano Karno tersebut merupakan strategi untuk menghadapi kampanye Pilkada Jakarta. Melalui penyesuaian dan penambahan nama, mereka sekaligus melakukan pendekatan kultural dan pendekatan kebudayaan.
“Bahwa Pramono Anung itu ya Pramono Anung bukan Pramana Anung. Kalau Rano Karno itu ya Si Doel. Melekat dalam hati dan pikiran warga Jakarta. Jadi, ini bagian dari strategi itu,” ujar Ujang Komarudin.
Ujang Komarudin mengamini, penyesuaian nama itu akan berpengaruh terhadap elektabilitas. Namun, dalam konteks Pramono Anung-Rano Karno faktor untuk mendongkrak elektabilitas, salah satunya dengan mengandalkan popularitas yang sudah ada pada nama beken seperti Si Doel.
“Jadi, ini memang adalah praktik untuk menaikan elektabilitas. Sama dengan Komeng di pileg,” pungkas Ujang.
Sebelumnya, KPU DKI Jakarta menetapkan tiga pasangan calon peserta Pilkada Jakarta 2024, sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Ketiga pasangan itu yakni, Pramono Anung-Rano Karno, Ridwan Kamil-Suswono, dan Dharma-Kun.
Calon wakil gubernur (cawagub) DKI Rano Karno diperbolehkan memakai nama ‘Si Doel’ saat kampanye dan surat suara dalam pelaksanaan Pilkada Jakarta, pada 27 November 2024.
Hal itu berdasarkan Penetapan Pengadilan Nomor 899/pdt.p/2024/pn.jkt.sel, disebutkan bahwa nama Rano Karno, Haji Rano Karno, Haji Rano Karno SI.P dan Si Doel adalah nama satu orang yang sama. (*)