JIKA berbicara tentang keindahan, mungkin tak ada salahnya jika Danau Limboto menjadi salah satu pilihan. Cukup banyak yang keindahan dari berbagai sudut yang layak menjadi buah bibir. Danau ini, seakan tak lekang oleh waktu.
Penulis: Dewi Nurfadila / Limboto
SAAT itu jarum jam menunjukkan pukul 13.00 Wita. Itu artinya, perjalanan bersama teman dengan mengendarai sepeda motor, berada di bawa sinar matahari. Cukup panas menyengat, ditambah lagi uap aspal yang menyempurnakan perjalanan kami dari Kota Gorontalo, menuju Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Maklum, matahari sering dikatakan sebagai simbol kehidupan. Sebagai tanda dimulai dan diakhirinya hari. Selain itu, keindahan matahari saat terbit dan tenggelam banyak diidolakan oleh manusia. Matahari terus menuntun hingga tiba di tujuan sekitar 35 menit perjalanan.
Setelah turun dari sepeda motor, kuraih botol plastik yang berisi air mineral dari dasbor sepeda motor. Panas terik yang menerpa sepanjang perjalanan memaksaku untuk meminum beberapa teguk dari biasanya.
Mataku tertuju pada hamparan air yang luas dimana pinggirnya ‘dihiasi’ tumbuhan eceng gondok. Nampak jauh jajaran bukit seakan ikut memagari air Danau Limboto agar tak kemana-mana. Cukup indah danau kebanggaan orang Gorontalo ini.
Perlu dijelaskan, luas Danau Limboto saat ini yakni 25,37 kilometer persegi. Danau ini terletak di Kecamatan Limboto, Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Danau ini memiliki kedalaman antara 5 hingga 8 meter ini,
Danau Limboto dari tahun ke tahun luas dan tingkat kedalamannya terus berkurang. Luas Danau Limboto pada 1999 berkisar antara 1.900-3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter. Pada 1932, luas perairan ini mencapai 7.000 ha. Areal Danau Limboto berada di dua wilayah administrasi, 30 persen di Kota Gorontalo dan 70 persen di Kabupaten Gorontalo.
Menurut berbagai sumber, di danau ini terdapat sumber panas bumi (geothermal) dan menjadi muara bagi 23 sungai yang mengalir di sekitarnya. Danau ini dapat dinikmati dengan mengelilinginya menggunakan perahu yang dapat disewa dari masyarakat setempat.
Saat ini, saya berdiri pada salah satu tepi Danau Limboto. Puluhan perahu milik warga sekitar tengah parkir di tepi danau. Perahu tak saling gesek meskipun tambatannya berdekatan. Itu disebabkan karena air Danau Limboto cukup tengan seolah ingin menunjukkan keindahan.
Mungkin keindahan yang paripurna akan ditemui ketika datang ke tempat ini saat pagi hari ataupun menjelang senja, tepatnya di Desa Kayubulan. Kabar menarik lagi, pagi atau sore disebut-sebut sebagai waktu terbaik untuk mengunjungi Danau Limboto, sebab di waktu tersebut burung-burung akan beterbangan bebas, sehingga akan menambah pesona keindahan sekitar danau.
Tak cukup hanya untuk diceritakan. Makanya, ada baiknya meluangkan waktu untuk mengunjungi salah satu satu tepi Danau Limboto. (*)