Suara Anak Muda Berpotensi jadi Penentu pada Pemilu 2024 

Ilustrasi

NUSANTARA1.ID – Sebanyak 55 persen suara kaum muda pada Pemilu 2024 mendatang, dan menempatkan mereka sebagai penentu utama dalam pesta demokrasi kali ini. Bahkan ini merupakan gelombang besar dan sejarah baru dalam Pemilu Indonesia.

Hal itu disampaikan dalam webinar bertajuk ‘Suara Muda, Suara Penentu’ yang diselenggarakan oleh Apahabar Community, Selasa (31/10). Pengamat komunikasi dari Universitas Gadjah Mada, Nyarwi Ahmad mengungkapkan sejauh ini anak muda berpotensi menjadi penentu Pemilu 2024.

Namun, mereka harus menjaga momen tersebut agar tidak hanya dimanfaatkan oleh elite dan partai tertentu.

Bacaan Lainnya

Baginya sejauh ini banyak partai yang mengatasnamakan anak muda, dengan menggalang isu-isu terkait anak muda, tetapi sebenarnya kurang menyentuh anak muda secara langsung.

“Misalkan di media sosial. Bila kita tracking isu anak mudanya seputar Gibran. Sangat minim menemukan voice tentang anak muda yang kuat berkaitan dengan suara mereka tentang politik,” kata Nyarwi dalam webinar itu.

Karena itu, ia mengajak anak muda untuk menjaga momen ini dengan menyadari posisi penting mereka dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

“Saya berpikir kalau anak muda tidak memanfaatkan Pemilu kali ini, akan sangat disayangkan, karena tidak menjadi momentum bagi mereka. Perlu menghadirkan anak muda yang punya privilege tertentu dan hadir dalam Pemilu, ini menjadi momen mereka,” tuturnya.

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Apahabar community ini, influencer Ratu Lubis mengakui bahwa tidak banyak anak muda yang punya perhatian lebih terhadap isu politik.

“Ada dua hal yang membuat politik tidak menarik untuk anak muda yakni skeptis dan apatis. Aku merasa generasi aku itu, skeptis karena siapapun pemimpinnya negara ini akan begitu-begitu saja. Itu adalah masalah yang kompleks dan muncul karena kondisi saat ini,” kata Ratu.

Ratu juga melihat ketidakpedulian anak muda karena mereka tidak sepenuhnya yakin bisa ikut menentukan perubahan ke arah yang lebih baik.

“Dari sikap skeptis melihat kondisi itu lahirlah sikap apatis, apakah suara kita akan membawa perubahan yang berarti untuk bangsa. Padahal memang dari orang tua aku mengarahkan agar aku menggunakan hakku. Mau milih siapa saja oke tapi golput bukan pilihan,” ungkapnya.

Pengamat politik Ujang Komarudin optimistis suara anak muda bisa menjadi sebuah lokomotif perubahan di masa mendatang.

“Ujang muda saat itu berpikir tidak ada persoalan bangsa ini yang tuntas. Dalam pergumulan saya  saat kuliah politik di UIN, S1, S2. Saya ingin tahu kenapa anak muda anti terhadap politik. Lalu saya temukan bahwa harus berkontribusi bagi bangsa ini, lewat berbagai aspek salah satunya melalui politik,” jelas Ujang.

Karena itu, Ujang berpesan kepada kaum muda agar tidak apatis dengan politik karena dengan langkah itu, perubahan  bisa tercapai.

“Bisa kok kita berkontribusi melalui politik. Cuman kesadaran itu belum ada. Nah itu yang harus kita bangun. Ngapaian rebahan, mager, nongkrong. Kita harus membangun perspektif yang baru bahwa kita anak muda yang potensial dibutuhkan bangsa ini untuk berkontribusi bagi bangsa,jika tidak  maka yang akan mengisi ruang itu adalah anaknya ketua DPR, anak pejabat, anaknya Bupati saja,” kuncinya. (*)

Pos terkait