Nusantara1.id, GORONTALO – Puskesmas Dulupi mengikuti kegiatan yang digelar oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, yakni Gerakan Nasional Aksi Bergizi, Rabu, 26/10/2022. Yang mana, kegiatan tersebut, dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 01 Dulupi.
Kegiatan tersebut melibatkan 144 siswa-siswi SMPN 01 Dulupi. Acara diawali dengan senam, yang selanjutnya sarapan bersama, mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri, pemberian edukasi gizi, serta sosialisasi aplikasi Ceria. Hadir, Seksi Promkes dan Kia Gizi Dikes Provinsi Gorontalo, Seksi Promkes, serta Kesjaor Dikes Boalemo.
Dalam arahannya, Kepala Seksi Promkes Dinkes Boalemo, Ramin Abas, menuturkan, dasar dari kegiatan aksi bergizi ini, yakni sebagai bentuk pencapaian penanggulangan stunting.
Yang tak lain tujuannya, sebagai langkah strategi untuk membiasakan remaja putri dalam mengkonsumsi tablet tambah darah, yang merupakan salah satu indikator pencegahan stunting sejak dini.
“Mengkonsumsi tablet tambah darah sangat penting untuk mewujudkan pelajar yang bebas dari anemia,”ujarnya.
Tampak, para pelajar juga diberikan edukasi oleh staf Kia Gizi Dikes Provinsi Gorontalo terkait pentingnya tablet tambah darah, untuk pencegahan anemia dan stunting.
Terutama bagi pelajar perempuan yang akan mencetak generasi penerus bangsa di Gorontalo. Selain itu, edukasi juga diberikan terkait pentingnya makan-makanan bergizi seimbang yang sesuai kebutuhan kalori masing-masing pelajar, dan harus diimbangi dengan aktivitas fisik yang teratur selama 30 menit.
Senada dengan itu, Kepala Puskesmas Dulupi, Radmin Kamumu, mengatakan, dengan kegiatan seperti ini setidaknya para siswa-siswi dapat tercerahkan.
“Semoga seluruh siswa bisa menerima manfaat edukasi yang disampaikan hari ini. Selain itu harapan kami kegiatan seperti ini bisa berjalan seterusnya guna untuk meningkatkan kesehatan pada anak usia remaja,”katanya.
Ia menjelaskan, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil sampai usia lanjut.
Riskesdas 2018 kata dia, menunjukkan prevalensi anemia pada anak usia 5-14 tahun sebesar 26,8 persen dan pada usia 15-24 tahun sebesar 32 persen. Hal ini berarti sekitar 3 dari 10 anak di Indonesia menderita anemia.
“Nah, menanggulangi hal tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui pendidikan gizi seimbang, fortifikasi pangan, dan suplementasi tablet tambah darah. Suplementasi ini mulai dilaksanakan pada tahun 2015 dengan minum 1 tablet per minggu sepanjang tahun bagi remaja putri usia 12–18 tahun yang berada di jenjang pendidikan SMP/sederajat dan SMA/sederajat,”pungkasnya. (*)