Terkait Atlet Sepak Takraw yang Hijrah ke Jabar, Wahyudin: Bukan Atlet Inti 

Ilustrasi. Atlet Sepak takraw Gorontalo pindah ke Jawa Barat. . (Foto: Ist)

nusantara1.id, GORONTALO – Sebanyak 10 atlet sepak takraw yang memilih pindah domisili ke Provinsi Jawa Barat ternyata bukan atlet inti. Hal ini sebagaimana ditegaskan Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) Wahyudin Katili.

“Hanya perlu dipahami bahwa mereka ini adalah atlet atlet lapisan berikut yang saat ini sudah sulit masuk lagi di barisan tim inti sepak takraw Gorontalo. Mereka harus bersaing dengan atlet lain baik dari aspek kualitas maupun mental disiplin,” kata Wahyudin melalui aplikasi pesan 

10 atlet yang hijrah ke Jawa Barat ini sebelumnya dibina di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Gorontalo dan sebagian lagi berstatus atlet pelatnas. Sayangnya, mereka tak mampu menyaingi para atlet inti sepak takraw Provinsi Gorontalo. 

Bacaan Lainnya

“Kami tidak terlalu mempersoalkan perpindahan 10 atlet sepaktakraw itu. Sebab, Provinsi Gorontalo masih memiliki banyak stok atlet yang berkualitas,” tandasnya. 

Meski banyak memiliki atlet handal, pembinaan di level pelajar terus dilakukan oleh Pemprov Gorontalo, sehingga tradisi Gorontalo sebagai penyumbang atlet sepak takraw nasional dan internasional tetap terjaga.

“Perlu disyukuri atlet cabang olahraga takraw kita agak melimpah potensi atletnya. Barangkali atlet atlet yang pindah ini juga masih harus diberikan kesempatan untuk berkembang dan mendapatkan peluang di daerah lain. Insyaallah tim inti dan kader atlet muda juga saat ini masih terjaga integritasnya dan terus dibina,” imbuhnya.

Di tempat terpisah, pelatih sepak taraw PPLP Gorontalo Herson Taha membantah jika kepindahan mantan anak didiknya itu akibat kurangnya perhatian pemerintah. Ia menyebut kepedulian pemerintah provinsi yang justru membuat mereka menjadi atlet.

“Mereka semua adalah atlet yang dibina oleh PPLP dari nol. Saya yang menangani mereka dari tidak tau menendang bola sampai jadi atlet nasional. Saya harus jujur mengakui bahwa prestasi yang diraih sepak takraw selama ini berkat dukungan anggaran pemerintah provinsi,” jelas Herson.

Ia berharap semua pihak bijak menilai masalah ini. Menurut Herson, Provinsi Gorontalo sedikit berbeda dengan daerah daerah dengan APBD yang melimpah. Gorontalo fokus pada pembinaan berkelanjutan pada atlet muda dengan bonus yang relatif kecil.

“Daerah lain mungkin bisa memberikan bonus yang lebih karena mereka tidak pernah menghabiskan uang untuk pembinaan. Mereka terima jadi saja. Makanya saya tidak setuju kalau dibilang pemerintah daerah tidak ada perhatian,” bela pelatih yang membawa atlet Gorontalo meraih emas PON, Sea Games dan Asean Games itu.(*)

Pos terkait